Menikmati eksotisme Lembah Brayeung di Aceh Besar (Foto: Salman/Okezone) |
Berada sekitar 26 kilometer dari Kota Banda Aceh, Lembah Brayeung ramai dikunjungi warga tiap akhir pekan dan hari libur. Lokasi pemandian ini bukan sekadar alternatif bagi yang bosan dengan wisata pantai, tapi juga jadi tempat mencari ketenangan batin dan melepas penat.
Suara air yang jatuh di bendungan terdengar bergemuruh begitu memasuki Lembah Brayeung. Air jernih kehijauan yang bersumber langsung dari pegunungan, berpadu dengan pepohonan lebat yang tumbuh di sisi kiri-kanannya cukup memanjakan mata.
Kicauan burung beradu dengan hembusan angin yang membuai pohon-pohon, menciptakan sebuah nyanyian alam yang menenangkan jiwa. Lembah Brayeung menyajikan sebuah keunikan dalam kawalan perbukitan hijau yang menjulang tinggi dihiasai riakan kabut.
Lembah Brayeung dulu hanyalah lembah yang jarang terjamah manusia. Tak ada pemukiman warga di lokasi. Karena sumber air yang melimpah dari pegunungan di sana, pemerintah kemudian membangun bendungan raksasa untuk mengairi sawah-sawah.
Konon jejak bendungan itu sudah dibangun sejak masa penjajahan Belanda, kemudian diperbarui oleh pemerintah daerah setempat. Selain dialirkan ke sawah, air di bendungan ini juga disuplai melalui PDAM ke rumah-rumah penduduk.
Beberapa tahun setelah tsunami 2004 yang menerjang pesisir Aceh termasuk Leupung, Lembah Brayeung mulai sering dikunjungi orang-orang untuk melepas penat.
“Mulanya yang datang mandi ke sini adalah para pekerja konstruksi yang membuat rumah-rumah bantuan korban tsunami,” kata Isa, warga setempat, kepada Okezone yang berkunjung ke sana.
“Karena lokasi ini menarik dan tempatnya bagus untuk mandi, kemudian (pengunjung-red) makin bertambah banyak sampai sekarang,” lanjut pria yang kini ikut mengais rezeki di lokasi tersebut.
Lembah Brayeung sekarang menjadi salah satu objek wisata pemandian favorit wisatawan lokal di Aceh Besar. Ikut memberi berkah bagi warga sekitar, dengan mendirikan kios penjaja makanan, minuman, dan gubuk-gubuk kecil tempat bersantai bagi pengunjung di bantaran waduk.
Ada yang menyediakan jasa sewa ban, boat karet dan perahu bebek. Selebihnya terlibat sebagai pengelola, mengurus tiket masuk, kebersihan, hingga parkir.
Pada Sabtu-Minggu atau hari libur lainnya, banyak warga datang ke sini, baik dengan mobil mau pun sepeda motor. Mereka bebas bersantai di gubuk-gubuk atau pinggiran waduk, menikmati udara segar dan panorama Lembah Brayeung.
Pergi ke sini tentu belum lengkap bila tidak mencoba mandi. Kalau mau lebih seru lagi, maka wajib menjelajah waduk dengan ban, perahu karet, atau perahu bebek. Cukup membayar Rp10 ribu hingga Rp40 ribu kepada penyewanya, kita bebas bersantai menyisir sisi-sisi waduk yang rimbun dengan pepohonan.
Untuk ke Lembah Brayeung, kita harus melintasi Jalan Banda Aceh-Meulaboh. Jarak tempuhnya mencapai satu jam dari Banda Aceh. Namun perjalanan ke sini dijamin tak membosankan, karena sepanjang jalan kita disuguhkan keelokan Samudera Hindia dan perbukitan.
Setiba di kawasan kilometer 23 atau di persimpangannya, harus menempuh 3 km lagi untuk sampai ke Lembah Brayeung. Jalan ke sini lebarnya hanya sekira 3,5 meter, namun sepanjang jalan yang telah teraspal ini, mata kita dimanjakan dengan hamparan sawah dan rindangnya pepohonan.
Di pintu masuk, Anda cukup membayar Rp3.000 per orang, untuk bisa menikmati keindahan Lembah Brayeung. Warga yang mengelola terus berupaya menjaga kebersihan area tempatnya untuk mengais rezeki. Sayangnya, perilaku sebagian pengunjung yang suka buang sampah sembarang sering mencemari keelokan Lembah Brayeung.[ Salman / okezone.com ]
Menikmati Eksotisme Lembah Brayeung di Aceh Besa
Reviewed by Unknown
on
05.33
Rating:
Tidak ada komentar: